Minggu, 03 Februari 2013

Resensi Buku

I.           Pendahuluan
A.    Data Fisik Buku
1.      Judul Buku : Dr. Sutomo
2.      Penulis        : Sutrisno Kutojo dan Drs. Mardanas Safwan
3.      Penerbit      : Mutiara Sumber Widya
4.      Cetakan      : 1991 (keempat)
5.      Tebal           : 80 halaman
B.     Latar Belakang dan Tujuan
Pahlawan adalah seseorang yang telah berjasa besar bagi orang lain. Pahlawan juga memiliki sifat dan perilaku yang mulia. Ia rela berkorban demi kepentingan banyak orang tanpa mengharapkan balasan. Semua itu tertanam dalam diri Dr. Sutomo. Sebagai wujud penghormatan terhadap jasa jasa Dr. Sutomo dibuatlah buku yang berjudul Dr. Sutomo ini. Cerita dari lahir hingga pemakaman Dr. Sutomo terdapat dalam buku ini. Dalam kehidupan Dr. Sutomo terdapat banyak perilaku yang dapat kita tiru.

II.            Pembahasan
A.    Sistematika Isi Buku
Buku yang berjudul Dr. Sutomo memiliki 10 bab. Bab I menceritakan tentang masa kanak kanak Dr. Sutomo. Bab II menceritakan masa muda Dr. Sutomo. Bab III menceritakan tentang Dr.Sutomo dalam mendirikan Budi Utomo. Bab IV menceritakan tentang masa dewasa Dr.Sutomo. Bab V menceritakan Dr.Sutomo kembali ke Indonesia. Bab VI menceritakan tentang didirikannya Partai Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Bab VII menceritakan tentang didirikannya Partai Indonesia Raya (PARINDRA). Bab VIII menceritakan tentang sifat dan sikap Dr. Sutomo. Bab IX menceritakan tentang pendapat tokoh-tokoh pergerakan tentang Dr. Sutomo. Bab X Rangkuman.
B.     Ringkasan
Dr. Sutomo dilahirkan pada tanggal 30 Juli 1888 di Ngepah, Nganjuk, Jawa Timur. R. Suwaji ayah Dr. Sutomo adalah Wedana di Maospati Madiun,  Jawa Timur. Sejak kecil hingga beliau berumur 7 tahun beliau diasuh oleh kakek dan neneknya. Setelah berumur 7 tahun beliau kembali dalam asuhan orang tuanya. Sekitar setahun kemudian Dr. Sutomo di asuh oleh Arjodipuro, pamannya di Bangil. Ketika di Bangil Dr. Sutomo bersekolah di Sekolah Dasar Belanda atau Europeesche Lagere School.
Setelah lulus dari sekolah dasar, Dr. Sutomo berniat melanjutkan sekolahnya di sekolah dokter. Banyak  hal yang membuat hati Dr. Sutomo lebih yakin dengan niatnya itu. Ketika Dr. Sutomo berusia 15 tahun ia bersama 13 orang kawannya mendaftarkan diri di Sekolah Dokter (STOVIA). Setelah bertemu dengan Dr. Wahidin Sudirohusodo Dr. Sutomo bertambah kebeduliannya terhadap kesejahteraan rakyat. Selain mendapat pengaruh dari Dr. Wahidin beliau juga mendapat pengaruh dari Dr. Douwes Dekker, yaitu seorang Indo Belanda yang berjuang untuk rakyat Indonesia.
Pada hari Rabu, 20 Mei 1908 Dr. Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan suatu perkumpulan yaitu Budi Utama. Nama tersebut diambil dari kata-kata perpisahan Dr. Sutomo dengan Dr. Wahidin. Yang dipilih menjadi ketua Budi Utomo adalah Dr. Sutomo. Beberapa guru STOVIA menyebarkan kabar bahwa Dr. Sutomo dan kawan-kawannya akan melawan Hindia Belanda, dan jika Dr. Sutomo masih melanjutkan kegiatannya maka ia akan dikeluarkan dari sekolah. Tetapi teman teman Dr. Sutomo membelanya dan Dr. H.F. Roll, Direktur STOVIA juga membelanya, akhirnya Dr. Sutomo tidak jadi dikeluarkan dari sekolah.
Budi Utomo berkembang di kota-kota besar yang ada di Pulau Jawa. Budi Utomo mengadakan Kongres pertamanya di Yogyakarya pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Pada kongres ini Budi Utomo memilih sembilan orang untuk menjadi pengurus besar. Setelah kongres pertama kepengurusan Budi Utomo diserahkan kepada golongan tua. Golongan muda tetap membatu golongan tua dalam mengurus organisasi. Dr. Sutomo menjadi ketua cabang Budi Utomo di Jakarta sampai ia lulus sekolah pada tahun 1911. Pada akhir tahun 1909 Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan anggota 10.000 orang.
Setelah lulus dan menjadi dokter Dr. Sutomo ditugaskan diberbagai daerah, diantaranya : Semarang, Tuban, Lubuk Pakam, Malang, Baturaja, dan Blora. Ketika di Blora Dr. Sutomo bertemu dengan seorang suster Belanda bernama Ny. Burning. Karena ia tertarik dengan kehidupan Ny. Burning, akhirnya ia menikahinya pada tahun 1917. Pada tahun 1919, Dr. Sutomo berkesempatan untuk belajar di Universitas Amsterdam, Belanda. Selama di Belanda, ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI). PI adalah perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda.
Dr. Sutomo pulang ke Indonesia pada bulan Juni 1923. Di Indonesia Dr. Sutomo bertugas menjadi guru sekolah dokter (Nias) di Surabaya. Selain menjadi guru, Dr. Sutomo juga berjuang dalam kemajuan masyarakat dan bangsa Indonesia. Kesehatan Ny. Burning terganggu karena tidak cocok dengan hawa kota Surabaya. Makin lama kesehatannya makin menurun dan akhirnya ia meninggal pata tanggal 17 Februari 1934. Dr. Sutomo menyatakan bahwa istrinya sangat mendukung Dr. Sutomo dalam pergerakan nasional, walaupun Ny. Burning adalah seorang Belanda.
Dr. Sutomo menganggap perkumpulan Budi Utomo perlu mengalami perubahan karena mementingkan pengajaran dan kebudayaan saja tidak cukup dalam pergerakan nasional. Ternyata pendapat Dr. Sutomo belum mendapat perhatian dari pimpinan Budi Utomo. Maka pada tanggal 11 Juli 1924 ia mendirikan perkumpulan lain yang diberi nama Indonesische Studieclub(IS) yang bertujuan untuk memberi keinsyafan kepada rakyat tentang pentingnya pergerakan nasional.
IS kemudian mendirikan PPPKI bersama dengan golongan politik Indonesia lainnya dengan Dr. Sutomo sebagai ketuanya. Makin lama rasa persatuan dan kesatuan yang terbentuk makin kuat. Hingga pada tanggal 16 Oktober 1930 IS berganti nama menjadi PBI yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan ketua tetap Dr. Sutomo.
Pada tahun 1935 diadakan penggabungan antara PBI dengan Budi Utomo dan diberi nama PARINDRA, namun masih Dr. Sutomo sebagai ketuanya. Pada bulan Maret 1936 Dr. Sutomo melakukan kunjungan di berbagai negara seperti ; Jepang, Malaka, India, Sailan, Mesir, Belanda, Inggris, Turki, dan Palestina. Setelah kembalinya ke Indonesia Parindra mengadakan kongres yang pertamanya di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1937. Dalam kongres ini Dr. Sutomo dipilih menjadi Ketua Umum Parindra. Akibat pekerjaan yang lerlalu berat Dr. Sutomo jatuh sakit, hingga tanggal 30 Mei 1938 Dr.Sutomo meninggal dunia. Upacara pemakaman Dr. Sutomo mendapat banyak perhatian dari berbagai lapisan masyarakat.
Dr. Sutomo adalah seorang yang pandai bergaul dan tidak membeda-bedakan pangkat dan kedudukan, ia juga bersikap ramah-tamah. Dr. Sutomo sering melayani tamu yang datang berobat. Selain itu Dr. Sutomo juga banyak menulis untuk surat kabar, majalah dan buku. Dr. Sutomo menghargai jasa-jasa orang Belanda yang ikut membantu Pergerakan Nasional Indonesia. Dr. Sutomo juga pernah membantu muridnya di Sekolah Dokter (Nias) secara diam diam.
Pendapat tokoh-tokoh terkemuka mengenai Dr Sutomo antara lain, Sanusi Pane seorang pejuang yang di masa itu aktif dalam Gerindo, ia mengatakan bahwa beliau telah bekerja dan berjuang untuk bangsa dan tanah airnya. Sebagian besar hidup Dr. Sutomo digunakan untuk memajukan bangsanya, beliau berjuang dalam bidang politik, ilmu pengetahuan, kebudayaan juga untuk beramal. Haji Agus Salim menyatakan bahwa Dr. Sutomo adalah seorang pemimpin yang tidak ada gantinya. W. Wondoamiseno, ketua Dewan Partai Sarekat Islam Indonesia menulis tentang almarhum bahwa ia selalu ramah tamah, suka bergaul dan tidak membeda-bedakan derajat. I.J Kasimo, ketua Partai Katolik Indonesia menyatakan bahwa Dr. Sutomo adalah seorang pemimpin bangsa Indonesia. Kecintaan Dr. Sutomo kepada rakyat dan bangsanya tidak hanya ia ucapkan tetapi ia kerjakan dengan semua tenaga dan pikirannya. Rasuna Said, tokoh Partai Muslimin Indonesia menuliskan tentang Dr. Sutomo yang isinya mengatakan bahwa beliau memiliki sifat kesatria, rela berkorban, berani, merdeka berfikir, lancar dalam menulis, dan mahir berpidato.

III.            Penilaian
A.    Kelebihan
Kelebihan isi buku ini adalah tersedianya soal-soal untuk melatih pemahaman pembaca terhadap isi buku, serta adanya ringkasan pada buku tersebut memudahkan pembaca untuk mengetahui ulang inti dari isi buku.
Buku tersebut menggunakan pilihan diksi yang sesuai dan tidak berlebihan, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Dalam buku ini tidak hanya menceritakan nasionalisme Dr. Sutomo tetapi juga mengenai hal-hal yang lucu.



B.     Kekurangan
Letak pertanyaan kurang sesuai karena sedikit mengganggu kenikmatan pembaca saat menbaca buku tersebut. Sebaiknya, soal di letakkan setelah berakhirnya cerita.
Ada beberapa ejaan yang kurang sesuai dengan ejaan sekarang serta ada beberapa kalimat yang kurang efektif, sebaiknya ejaan lebih disempurnakan dan  kalimat yang kurang efektif  tersebut diperbaiki lagi.
Tampilan buku kurang menarik sebaiknya, tampilan buku dibuat lebih menarik dengan membuat terbitan baru agar kekurangan-kurangan buku yang sebelumnya dapat diperbaiki.


Maaf kalau ada kata-kata yang salah, dan untuk teman-teman yang satu kelompok maaf aku nggak bilang sebelum ke post ini, maaf ya. Ya semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar